Selasa, 12 Maret 2013

CONTOH RESENSI BUKU NON FIKSI


Judul Novel : “Pacaran Bolehkah Dalam Islam?” 
Nama Penulis: Muhammad Syafi’ie el-Bantanie
Penerbit : Elex Media Komputindo
Harga : Rp. 35.000,00-
Tebal Buku : 140 Hlm

Latar Belakang Penulis
Muhammad Syafi’ie el- Bantanie dilahirkan di Serang pada hari Senin, 27 Dzulqa’dah 1404 H. Bertepatan dengan 12 Desember 1983 M. Ia menyelesaikan S-1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 7 Juli 2005 dengan yudisium cum laude, dan mendapat penghargaan sebagai Wisudawan Terbaik.
Mengetahui dunia penulisan sejak belajar di Madrasah Aliyah (MA). Debutnya dalam dunia tulis – menulis diawali dengan menjadi juara 1 Lomba Menulis Puisi di MAN 2 Semarang degan puisinya yang berjudul wajah.
Menulis baginya merupakan panggilan jiwa dan jalan hidup. Penulis muda yang produktif ini telah menulis dan menerbitkan 27 buku. Beberapa di antaranya adalah Mukjizat Al-Fatihah, Dahsyatnya Syukur, Tobat Sebelum Terlambat, Cara Nyata Mempercepat Pertolongan Allah, Kekuatan Berpikir Positif, 40 Amalan Ringan Penghapus Dosa Pendulang Pahala, Shalat Tolak Miskin, Shalat Tarik Jodoh, Dahsyatnya Terapi Wudhu, Catatan Harian Setan, 7 Amalan Penarik Rezeki, dan Agar Doa Selalu Dikabulkan Allah swt.
Ia bercita – cita menulis lebih dari 200 buku selama hidupnya sebagai warisan intelektual bagi anak cucunya kelak. Peraih AgroMedia Scholarship Writing Programme ini sangat menikmati aktivitasnya; menulis, mengajar, dan memberikan ceramah, seminar, dan pelatihan.
Ia bercita – cita ingin mendirikan Iqra Indonesia Islamic Boarding School, sebuah lembaga pendidikan gratis bagi orang tidak mampu, dan sebagai sarana untuk mencetak generasi muda Islam yang unggul. Ia sangat yakin suatu hari nanti cita citanya itu akan terwujud.
Untuk keperluan komunikasi dan mengundangnya sebagai pembicara, baik dalam forum pelatihan maupun pengajian, bisa menghubungi via email : muhammad.syafiie@yahoo.com
 
Sinopsis Buku
1.     Cinta Berjuta Makna
Sungguh,
Cinta mampu mengubah pahit menjadi manis,
Tembaga beralih menjadi emas,
Keruh menjadi bening
Sakit menjadi sembuh
Penjara menjadi telaga,
Derita menjadi nikmat,
Dan kemarahan menjadi rahmat.
Cinta yang mampu melunakkan besi,
Menghancurkan batu karang,
Dan membuat budak menjadi raja
(Jalaludin Rumi)

Setiap orang pasti membutuhkan cinta. Tua Muda, remaja, dewasa, semuanya membutuhkan cinta. Cinta bagaikan besi magnet. Sekali merasakan sukar untuk di lepas. Biasanya remaja yang sedang kasmaran alias falling in love, tiba tiba berubah menjadi penulis puisi yang romantis, yang semula males jadi rajin karena caper (Cari perhatian) sama cewek atau cowok incarannya.
Sepintas cinta memang mampu memaniskan hidup ini meski ia bukan madu. Cinta mampu menerangi kegelapan meski ia buka cahaya. Akan tetapi, ternyata cinta juga mampu menggetirkan kalbu meski ia bukan empedu. Cinta mampu menggerogoti tubuh meski ia bukan virus.
Disatu sisi cinta bisa mendatangkan kebahagiaan, tapi kok di sisi lain juga mendatangkan kesengsaraan.
Ketika saat bin Mua’z, salah seorang sahabat Rasulullah saw., hendak berangkat ke medan perang uhud, seseorang bertanya kepadanya, “Hendak ke manakah engkau hai sa’ad?” “Bau Surga yang harum semerbak telah berembus ke dalam hidungku. Aku akan menemukannya disana (Perang Uhud) apa yang belum dapat aku temui dalam peperangan badar,” jawab Sa’ad
Sa’ad berperang dengan gagah berani. Ia terus merangsek kedepan membelah pasukan kafir Quraisy. Pedangnya mengayun kesana kemari menebas musuh – musuh Allah. Akhirnya, dalam peperangan Uhud itulah, Sa’ad gugur bagai syuhada. Tidak kurang dari 80 luka dan lubang yang dijumpai di tubuhnya bekas tusukan tombak dan sayatan pedang. Tekad bulatnya yang di jiwai oleh kecintaannya pada Allah Swt., menggap enteng soal kematian dirinya. Ia juga menyadari bahwa jiwa raganya adalah milik allah maka ia persembahkan hanya untuk-Nya.
Itulah cinta. Kata itu berjuta makna. Bergantung siapa yang berhadapan dengannya, begitu pula makna yang dibuatnya. Siapa saja berhak menggunakannya sesuai dengan makana cinta yang dipahaminya.
Cinta memang menyimpan misteri. Sebuah kata yang dapat membuat hati bergetar kala mendengarnya. Sebuah kata yang membuat banyak orang melepaskan pilihan pilihan hidup. Sebuah kata yang membuat Rabi;’ah Al-Adawiyah tidak memedulikan surga atau neraka dalam beribadah pada Allah.
Aku beribadah pada Allah
bukan karena takut neraka-Nya,
bukan pula karena mengharapkan surga-Nya.
Seandainya aku demikian,
aku tak ubahnya seperti budak yang takut siksa atau buruh
yang mewngharap Upah.
Aku beribadah kepada Allah karena aku cinta kepada-Nya,
dan rindu ingin berjumpa dengan-Nya.
Kucinta engkau lantaran aku cinta,
dan lantaran kau pantas dicinta,
Cintakulah yang membuat aku rindu pada-Mu
(Rabi’ah al-Adawiyah)

2.      Memaknai Cinta
Cinta adalah sayap yang sanggup menerbangkan manusia,
yang menbawa beban berat ke angkasa.
Dari kedalaman mengangkatnya ke ktinggian.
Dari bumi ke bintang tsuraya.
Bila cinta bejalan diatas gunung yang tegar,
maka gunug itu akan bergiyang dan berlenggang riang.
Cinta adalah sang penerang cinta itu sendiri.
Bukankah matahari yang menyatakan dirinya matahari?

Cinta adalah penyembuh bagi kebanggaan dan kesombongan,
Dan pengobat segala kekurangan diri.
(Jalaludin Rumi)
Seperti ungkapan Ibnu Qayyim Al-Jauziayh, “Tidak ada batasan cinta yang lebih jelas daripada kata cinta itu sendiri; membatasinya justru hanya akan menambah kabur dan kering maknanya. Batasan dan penjelasan tentang cinta tidak bisa di lukiskan hakikatnya secara jelas kecuali dengan kata cinta itu sendiri”
Rabi’ah Al-Adawiyah juga mengungkapkan hal yang sama, “ Cinta hanya bisa dirasakan dan di hayati, namun tidak bisa di ungkapkan dengan kata kata yang dapat mewakili dan mengungkap yang dirasakan dan segala gemuruh di dalam jiwa. Sukar menjelaskan hakikat cinta itu. Ia hanya memperlihatkan kerinduan gambaran perasaan. Hanya orang yang merasakannya yang dapat mengetahuinya.”
Cinta mengajarkan kepada kita
bagaimana harus berlaku jujur dan berkorban,
berjuang dan menerima,
memberi dan mempertahankan,
Cinta adalah kaki – kaki
yang melangkah membangun samudra kebaikan
Cinta adalah tangan tangan
yang merajut hamparan permadani kasih sayang
Cinta adalah hati yang berharap
mewujudkan dunia serta kehidupan yang lebih baik.
Cinta itu seperti bunga yang tak akan pernah layu dan bosan
untuk selalu menembarkan harum selamanya.
Demikianlah. Cinta itusebuah gejolak jiwa dimana hati mempunyai kecenderungan yang kuat terhadap yang dicintainya, sehingga membuat keinginan untuk tetap mengangankannya, menyebut namanya, rela berkorban untuknya.
Sebetulnya, tidaklah terlalu menjadi soal tentangberagamnya pemahaman cinta. Akan tetapi yang menjadi persoalaan adalah tepatkah kita menempatkan cinta itu sesuai dengan proporsinya masing – masing?
Mayoritas di antara kita melakukan kesalahan dalam hal ini. Kita menempatkan cinta kepada manusia dengan proporsi yang paling tinggi. Ditambah lagi dengan mengesampingkan ajaran agama. Ikatan yang diawali dengan pernyataan I Love You atau Ich Liebe Dich alias Je t’aime beaucoup. Ikatan yang dikenal dengan istilah pacaran.
Namun sayangnya, umumnya cinta model ini melegalkan pegangan tangan dengan lawan jenis, berpelukan, berciuman, bahkan sampai pada having sex before married.
Bila dikaji lebih lanjut. Bukankah dengan begitu kita sudah mengotori kesucian cinta yang merupakan anugerah indah yang di karuniakan Allah kepada setiap manusia. Coba kita renungkan, agama kita’kan melarang kita mendekati zina.
Alqur’an menerangkan, “Dan janganlah kamu mendekati zina; (Zina) itu sungguh perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra [17]:32).
Data hasil survei yang dilakukan oleh lembaga penelitian Synovate – yang dimuat di Harian Umum Republika, edisi 30 Januari 2005 tentang perilaku seks kaum remaja di empat kota besar: Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung, dalam rentang September – Oktober 2004. Penelitianitu menyebutkan bahwa sekitar 60% remaja berusia antara 13-18 tahun pernah melakukan hubungan seks.
Menurut manager Director Synovate, Robby Susatyo, penelitian yang melibatkan450 responden itu, menyebutkan bahwa 16% remaja mengaku sudah berpengalaman melakukan hubungan seks pada usia 13-15 tahun. Sedangkan 44% lainnya mengaku melakukan hubungan seks di usia 16-18 tahun.
3.     Pembagian Cinta

Cinta Semu

Kasih Manusia Sering Bermusim.
Sayang manusia tiada abadi.
Kasih Tuhan tiada bertepi
Sayang Tuhan janji-Nya Pasti
(Raihan)
Saat ini banyak sekali jebakan cinta yang membuat kita telena dan terbuai dalam cinta semu dan melupakan cinta hakiki. Dengan dalih hal yang fitrah Jebakan – jebakan cinta yang notabene berasal dari hawa nafsu cinta terhadap lawan jenis diekspresikan bagai anak panah di lepas dari busurnya.
Pada dasarnya cinta merupakan hal yang fitrah. Akan tetapi, karena mengesampingkan aturan Allah dan memperturutkan hawa nafsu, maka cenderung erjebak ke dalam cinta semu. Padahal, hawa nafsu itu Ibarat bayi yang menyusu. Apabila disapih, maka ia akan berhenti menyusu. Akan tetapi, sebaliknya, jika tidak pernah disapih, maka selamanya akan tetap menyusu.
Keindahan wajahnya semakin bertambah di matamu.
Semakin sering kamu memandangnya.
Ketika diserang husn, seseorang akan mengalami kematian spiritual. Meskipun ia memiliki mata untuk melihat dengan jelas, ia memandang kesalahan kekasihnya dengan kekaguman. Husn bersifat sementara seperti buih di puncak gelombang samudra. Akibatnya cinta yang didasarkan pada fisik tidak dapat bertahan lama.
Tipu daya keindahan sesaat
Janganlah terpikat oleh keindahan sesaat,
seperti ular yang elok tapi menggigit.
Seseorang yang tergila gila terhadap keindahan fisik lawan jenis benar – benar tertipu. Jika pandangan seseorang ternoda dan hatinya penuh dengan nafsu, maka ia pun terus berusaha memenuhi keinginannya. Akan tetapi sungguh, ia akan lelah, tetapi nafsunya tidak akan terpuaskan. Nafsu adalah kehausan yang tak dapat terpuaskan. Penyakit ini tidak ada penyembuhnyan selain dengan takut kepada Allah Swt.
Ada seorang pemuda yang diperbudak oleh nafsunya berkonsultasi kepada Syaikh Maulana Asyraf Ali Tsanwi. Ia menulis surat kepada Syaikh Maulana bahwa ia tidak memiliki kekuatan untuk memalingkan pandangan dari wanita cantik.
Syaikh Maulana menjawab, “kekuatan adalah nama lain dari kemauan keras yang dapat dipih seseorang untuk digunakan atau tidak. Jika seseorang memiliki kekuatan untuk melakukan suatu tindakan (dalam hal ini memandang wanita), tetapi tidak memiliki kekuatan untuk menahannya (memalingkan pandangan), maka ini disebut penyakit bukan ketidak mampuan.”
Syaikh Maulana melanjutkan penjelasannya, “karena itu yang terjadi dengan diri anda adalah penyakit melihat perempuan cantik (yang bukan mahram). Dan ini mesti di obati.”
Pemuda itu menulis lagi, “syaikh sekarang saya hanya melihat sekali. Karena bukankah pandangan pertama dimaafkan dan merukan rahmat?”
Syaikh menjawab, “Pandangan pertama dimaafkan jika terjadi tidak disengaja. Akan tetapi, jika disengaja, meski melihat sekli tidak diperbolehkan.”
Pemuda itu menulis untuk ketiga kalinya, “syaikh, ciptaan Allah Swt., merupakan refleksi sifat sifat-Nya. Karena itu aku memandang wanita cantik dengan mengaguminya sebagai refleksi keindahan Allah swt.”
“ya wajah cantik sesungguhnya refleksi keagungang Allah, tetapi merka adalh refleksi yang berapi yang dapat membakar. Ingat, melihat wajah – wajah semacam itu dapat membuat seseorang tergelincir ke dalam api neraka.”
Orang itu akhirnya menulis lagi bahwa ia telah bertobat dan senantiasa menjaga pandangannya dari memandang wanita yang bukan mahram dan hal – hal lain yang diharamkan.
Cinta Sejati
Carilah cinta yang sejati yang ada hanyalah pada-Nya.
Carilah cinta yang hakiki yang hanya pada-Nya yang esa
Carilah cinta yang abadi yang ada hanyalah pada-Nya
Carilah kasih yang kekal selamanya yang ada hanyalah
pada tuhanmu.....
(Raihan)

Sebagai Seorang muslim kita telah berjanji bahwa shalat, ibadah, hidup dan mati kita hanya untuk Allah Swt. Karena itu, suatu keniscayaan menempatkan kecintaan yang hakiki hanya kepada Allah Swt.
Tidak jarang kita menemukan banyak hambatan dan godaan dalam menelusuri dan mencari cinta yang hakiki. Hal ini dikarenakan begitu banyak kepentingan yang da dalam diri kita. Untuk itulah, Allah memberi pahalayang besar bagi siapa saja yang memberikan cintanya hanya kepadanya. Sementara, kecintaan kepada yang lain dijadikan sebagai sarana peningkat kecintaan kepada-Nya. Karena demikianlah kita diperintahkan untuk saling mecintai atas dasar Ilahi.
Cinta Kepada Rasulullah saw., kita mewujudkan dengan mengikuti sunah – sunahnya, membaca shalawat baginya, dan meeruskan perjuangan dakwahnya. Cinta kepada para ulama kita wujudkan dengansenang bergaul dengannya, menimba ilmu darinya dan mendengarkan nasihat – nasihatnya.
Cinta kepada orang tua kita wujudkan dengan berbakti kepadanya, membahagiakannya, dan selalu mendoakannya.
Cinta kepada kaum dhu’afa kita wujudkan dengan membantu meringankan beban hidupnya. Cinta kepada sesama muslim khususnya dan manusia umumnya kita wujudkandengan sesalu berbuat kebaikan dan menebar manfaat di manapun kita berpijak.
“Dan diantara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai allah. Adapun orang orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah, bahwa Allah sangat berat siksa-nya (niscaya akan menyesal)” .(QS. Al-Baqarah [2]: 165).

Analisis Unsur Ekstinsik 
 Nilai Moral : Pacaran dalam  islam dilarang, karena itu perbuatan mendekati zina. Allah berfirman dalam Quran Surat Al-Isra Dan janganlah kamu mendekati zina; (Zina) itu sungguh perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra [17]:32).Sudah banyak korban dari kebiadaban cinta. Cinta sejati dan yang hakiki hanyalah pada Allah Swt.
Keunggulan Novel
Buku ini menyadarkan kita betapa pentingnya arti Cinta dalam kehidupan. Dalam buku ini juga mengajarkan kita untuk tidak salah memaknai cinta dan agar tidak terjerumus oleh Ikatan Setan yang bernama pacaran.
Kelemahan Novel
Ukuran bukunya terlalu kecil. Tidak sebanding dengan harganya.
Kesimpulan
Sebagai peresensi berdasarkan dari keunggulan dan kelemahan buku Pacaran Bolehkah dalam Islam?  ini menilai bahwa buku ini baik untuk dipublikasikan karena akan menyadarkan kita agar tidak menyalahkan makna cinta sesungguhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar