Judul Novel : “Pacaran
Bolehkah Dalam Islam?”
Nama Penulis: Muhammad
Syafi’ie el-Bantanie
Penerbit : Elex
Media Komputindo
Harga : Rp. 35.000,00-
Tebal Buku : 140
Hlm
Latar Belakang Penulis
Muhammad
Syafi’ie el- Bantanie dilahirkan di Serang pada hari Senin, 27 Dzulqa’dah 1404
H. Bertepatan dengan 12 Desember 1983 M. Ia menyelesaikan S-1 di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 7 Juli 2005 dengan yudisium
cum laude, dan mendapat penghargaan
sebagai Wisudawan Terbaik.
Mengetahui dunia
penulisan sejak belajar di Madrasah Aliyah (MA). Debutnya dalam dunia tulis –
menulis diawali dengan menjadi juara 1 Lomba Menulis Puisi di MAN 2 Semarang
degan puisinya yang berjudul wajah.
Menulis baginya
merupakan panggilan jiwa dan jalan hidup. Penulis muda yang produktif ini telah
menulis dan menerbitkan 27 buku. Beberapa di antaranya adalah Mukjizat Al-Fatihah, Dahsyatnya Syukur,
Tobat Sebelum Terlambat, Cara Nyata Mempercepat Pertolongan Allah, Kekuatan
Berpikir Positif, 40 Amalan Ringan Penghapus Dosa Pendulang Pahala, Shalat
Tolak Miskin, Shalat Tarik Jodoh, Dahsyatnya Terapi Wudhu, Catatan Harian
Setan, 7 Amalan Penarik Rezeki, dan Agar Doa Selalu Dikabulkan Allah swt.
Ia bercita –
cita menulis lebih dari 200 buku selama hidupnya sebagai warisan intelektual
bagi anak cucunya kelak. Peraih AgroMedia Scholarship Writing Programme ini
sangat menikmati aktivitasnya; menulis, mengajar, dan memberikan ceramah,
seminar, dan pelatihan.
Ia bercita –
cita ingin mendirikan Iqra Indonesia Islamic Boarding School, sebuah lembaga
pendidikan gratis bagi orang tidak mampu, dan sebagai sarana untuk mencetak
generasi muda Islam yang unggul. Ia sangat yakin suatu hari nanti cita citanya
itu akan terwujud.
Untuk keperluan
komunikasi dan mengundangnya sebagai pembicara, baik dalam forum pelatihan
maupun pengajian, bisa menghubungi via email : muhammad.syafiie@yahoo.com
Sinopsis Buku
1. Cinta
Berjuta Makna
Sungguh,
Cinta mampu mengubah pahit menjadi
manis,
Tembaga beralih menjadi emas,
Keruh menjadi bening
Sakit menjadi sembuh
Penjara menjadi telaga,
Derita menjadi nikmat,
Dan
kemarahan menjadi rahmat.
Cinta yang mampu melunakkan besi,
Menghancurkan batu karang,
Dan membuat budak menjadi raja
(Jalaludin Rumi)
Setiap orang
pasti membutuhkan cinta. Tua Muda, remaja, dewasa, semuanya membutuhkan cinta.
Cinta bagaikan besi magnet. Sekali merasakan sukar untuk di lepas. Biasanya
remaja yang sedang kasmaran alias
falling in love, tiba tiba berubah menjadi penulis puisi yang romantis, yang
semula males jadi rajin karena caper (Cari perhatian) sama cewek atau cowok
incarannya.
Sepintas cinta
memang mampu memaniskan hidup ini meski ia bukan madu. Cinta mampu menerangi
kegelapan meski ia buka cahaya. Akan tetapi, ternyata cinta juga mampu
menggetirkan kalbu meski ia bukan empedu. Cinta mampu menggerogoti tubuh meski
ia bukan virus.
Disatu sisi
cinta bisa mendatangkan kebahagiaan, tapi kok di sisi lain juga mendatangkan
kesengsaraan.
Ketika saat bin
Mua’z, salah seorang sahabat Rasulullah saw., hendak berangkat ke medan perang
uhud, seseorang bertanya kepadanya, “Hendak ke manakah engkau hai sa’ad?” “Bau
Surga yang harum semerbak telah berembus ke dalam hidungku. Aku akan
menemukannya disana (Perang Uhud) apa yang belum dapat aku temui dalam
peperangan badar,” jawab Sa’ad
Sa’ad berperang
dengan gagah berani. Ia terus merangsek kedepan membelah pasukan kafir Quraisy.
Pedangnya mengayun kesana kemari menebas musuh – musuh Allah. Akhirnya, dalam
peperangan Uhud itulah, Sa’ad gugur bagai syuhada. Tidak kurang dari 80 luka
dan lubang yang dijumpai di tubuhnya bekas tusukan tombak dan sayatan pedang.
Tekad bulatnya yang di jiwai oleh kecintaannya pada Allah Swt., menggap enteng
soal kematian dirinya. Ia juga menyadari bahwa jiwa raganya adalah milik allah
maka ia persembahkan hanya untuk-Nya.
Itulah cinta.
Kata itu berjuta makna. Bergantung siapa yang berhadapan dengannya, begitu pula
makna yang dibuatnya. Siapa saja berhak menggunakannya sesuai dengan makana
cinta yang dipahaminya.
Cinta memang
menyimpan misteri. Sebuah kata yang dapat membuat hati bergetar kala
mendengarnya. Sebuah kata yang membuat banyak orang melepaskan pilihan pilihan
hidup. Sebuah kata yang membuat Rabi;’ah Al-Adawiyah tidak memedulikan surga
atau neraka dalam beribadah pada Allah.
Aku beribadah pada Allah
bukan karena takut neraka-Nya,
bukan pula karena mengharapkan
surga-Nya.
Seandainya aku demikian,
aku tak ubahnya seperti budak yang
takut siksa atau buruh
yang
mewngharap Upah.
Aku beribadah kepada Allah karena aku
cinta kepada-Nya,
dan
rindu ingin berjumpa dengan-Nya.
Kucinta engkau lantaran aku cinta,
dan
lantaran kau pantas dicinta,
Cintakulah
yang membuat aku rindu pada-Mu
(Rabi’ah
al-Adawiyah)
2. Memaknai Cinta
Cinta adalah sayap yang sanggup
menerbangkan manusia,
yang menbawa beban berat ke angkasa.
Dari
kedalaman mengangkatnya ke ktinggian.
Dari bumi ke bintang tsuraya.
Bila cinta bejalan diatas gunung yang
tegar,
maka gunug itu akan bergiyang dan berlenggang riang.
Cinta adalah sang penerang cinta itu
sendiri.
Bukankah matahari yang menyatakan
dirinya matahari?
Cinta adalah penyembuh bagi kebanggaan
dan kesombongan,
Dan
pengobat segala kekurangan diri.
(Jalaludin
Rumi)
Seperti ungkapan
Ibnu Qayyim Al-Jauziayh, “Tidak ada batasan cinta yang lebih jelas daripada
kata cinta itu sendiri; membatasinya justru hanya akan menambah kabur dan
kering maknanya. Batasan dan penjelasan tentang cinta tidak bisa di lukiskan
hakikatnya secara jelas kecuali dengan kata cinta itu sendiri”
Rabi’ah
Al-Adawiyah juga mengungkapkan hal yang sama, “ Cinta hanya bisa dirasakan dan
di hayati, namun tidak bisa di ungkapkan dengan kata kata yang dapat mewakili
dan mengungkap yang dirasakan dan segala gemuruh di dalam jiwa. Sukar
menjelaskan hakikat cinta itu. Ia hanya memperlihatkan kerinduan gambaran
perasaan. Hanya orang yang merasakannya yang dapat mengetahuinya.”
Cinta mengajarkan kepada kita
bagaimana harus berlaku jujur dan
berkorban,
berjuang dan menerima,
memberi
dan mempertahankan,
Cinta adalah kaki – kaki
yang
melangkah membangun samudra kebaikan
Cinta adalah tangan tangan
yang
merajut hamparan permadani kasih sayang
Cinta adalah hati yang berharap
mewujudkan
dunia serta kehidupan yang lebih baik.
Cinta itu seperti bunga yang tak akan
pernah layu dan bosan
untuk
selalu menembarkan harum selamanya.
Demikianlah.
Cinta itusebuah gejolak jiwa dimana hati mempunyai kecenderungan yang kuat
terhadap yang dicintainya, sehingga membuat keinginan untuk tetap
mengangankannya, menyebut namanya, rela berkorban untuknya.
Sebetulnya,
tidaklah terlalu menjadi soal tentangberagamnya pemahaman cinta. Akan tetapi
yang menjadi persoalaan adalah tepatkah kita menempatkan cinta itu sesuai
dengan proporsinya masing – masing?
Mayoritas di
antara kita melakukan kesalahan dalam hal ini. Kita menempatkan cinta kepada
manusia dengan proporsi yang paling tinggi. Ditambah lagi dengan
mengesampingkan ajaran agama. Ikatan yang diawali dengan pernyataan I Love You atau Ich Liebe Dich alias Je
t’aime beaucoup. Ikatan yang dikenal dengan istilah pacaran.
Namun sayangnya,
umumnya cinta model ini melegalkan pegangan tangan dengan lawan jenis,
berpelukan, berciuman, bahkan sampai pada having sex before married.
Bila dikaji
lebih lanjut. Bukankah dengan begitu kita sudah mengotori kesucian cinta yang
merupakan anugerah indah yang di karuniakan Allah kepada setiap manusia. Coba
kita renungkan, agama kita’kan melarang kita mendekati zina.
Alqur’an
menerangkan, “Dan janganlah kamu mendekati
zina; (Zina) itu sungguh perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS.
Al-Isra [17]:32).
Data hasil
survei yang dilakukan oleh lembaga penelitian Synovate – yang dimuat di Harian
Umum Republika, edisi 30 Januari 2005 tentang perilaku seks kaum remaja di
empat kota besar: Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung, dalam rentang September
– Oktober 2004. Penelitianitu menyebutkan bahwa sekitar 60% remaja berusia
antara 13-18 tahun pernah melakukan hubungan seks.
Menurut manager
Director Synovate, Robby Susatyo, penelitian yang melibatkan450 responden itu,
menyebutkan bahwa 16% remaja mengaku sudah berpengalaman melakukan hubungan
seks pada usia 13-15 tahun. Sedangkan 44% lainnya mengaku melakukan hubungan
seks di usia 16-18 tahun.
3. Pembagian
Cinta
Cinta
Semu
Kasih Manusia Sering Bermusim.
Sayang manusia tiada abadi.
Kasih Tuhan tiada bertepi
Sayang Tuhan janji-Nya Pasti
(Raihan)
Saat ini banyak
sekali jebakan cinta yang membuat kita telena dan terbuai dalam cinta semu dan
melupakan cinta hakiki. Dengan dalih hal yang fitrah Jebakan – jebakan cinta
yang notabene berasal dari hawa nafsu cinta terhadap lawan jenis diekspresikan
bagai anak panah di lepas dari busurnya.
Pada dasarnya
cinta merupakan hal yang fitrah. Akan tetapi, karena mengesampingkan aturan Allah
dan memperturutkan hawa nafsu, maka cenderung erjebak ke dalam cinta semu.
Padahal, hawa nafsu itu Ibarat bayi yang menyusu. Apabila disapih, maka ia akan
berhenti menyusu. Akan tetapi, sebaliknya, jika tidak pernah disapih, maka
selamanya akan tetap menyusu.
Keindahan wajahnya semakin bertambah di
matamu.
Semakin sering kamu memandangnya.
Ketika diserang husn, seseorang akan mengalami kematian
spiritual. Meskipun ia memiliki mata untuk melihat dengan jelas, ia memandang
kesalahan kekasihnya dengan kekaguman.
Husn bersifat sementara seperti buih di puncak gelombang samudra. Akibatnya
cinta yang didasarkan pada fisik tidak dapat bertahan lama.
Tipu daya keindahan sesaat
Janganlah terpikat oleh keindahan
sesaat,
seperti ular yang elok tapi menggigit.
Seseorang yang
tergila gila terhadap keindahan fisik lawan jenis benar – benar tertipu. Jika
pandangan seseorang ternoda dan hatinya penuh dengan nafsu, maka ia pun terus
berusaha memenuhi keinginannya. Akan tetapi sungguh, ia akan lelah, tetapi
nafsunya tidak akan terpuaskan. Nafsu adalah kehausan yang tak dapat
terpuaskan. Penyakit ini tidak ada penyembuhnyan selain dengan takut kepada
Allah Swt.
Ada seorang
pemuda yang diperbudak oleh nafsunya berkonsultasi kepada Syaikh Maulana Asyraf
Ali Tsanwi. Ia menulis surat kepada Syaikh Maulana bahwa ia tidak memiliki
kekuatan untuk memalingkan pandangan dari wanita cantik.
Syaikh Maulana
menjawab, “kekuatan adalah nama lain dari kemauan keras yang dapat dipih
seseorang untuk digunakan atau tidak. Jika seseorang memiliki kekuatan untuk
melakukan suatu tindakan (dalam hal ini memandang wanita), tetapi tidak
memiliki kekuatan untuk menahannya (memalingkan pandangan), maka ini disebut
penyakit bukan ketidak mampuan.”
Syaikh Maulana
melanjutkan penjelasannya, “karena itu yang terjadi dengan diri anda adalah
penyakit melihat perempuan cantik (yang bukan mahram). Dan ini mesti di obati.”
Pemuda itu
menulis lagi, “syaikh sekarang saya hanya melihat sekali. Karena bukankah
pandangan pertama dimaafkan dan merukan rahmat?”
Syaikh menjawab,
“Pandangan pertama dimaafkan jika terjadi tidak disengaja. Akan tetapi, jika
disengaja, meski melihat sekli tidak diperbolehkan.”
Pemuda itu
menulis untuk ketiga kalinya, “syaikh, ciptaan Allah Swt., merupakan refleksi
sifat sifat-Nya. Karena itu aku memandang wanita cantik dengan mengaguminya
sebagai refleksi keindahan Allah swt.”
“ya wajah cantik
sesungguhnya refleksi keagungang Allah, tetapi merka adalh refleksi yang berapi
yang dapat membakar. Ingat, melihat wajah – wajah semacam itu dapat membuat
seseorang tergelincir ke dalam api neraka.”
Orang itu
akhirnya menulis lagi bahwa ia telah bertobat dan senantiasa menjaga
pandangannya dari memandang wanita yang bukan mahram dan hal – hal lain yang
diharamkan.
Cinta Sejati
Carilah cinta yang sejati yang ada
hanyalah pada-Nya.
Carilah cinta yang hakiki yang hanya
pada-Nya yang esa
Carilah cinta yang abadi yang ada
hanyalah pada-Nya
Carilah kasih yang kekal selamanya yang
ada hanyalah
pada
tuhanmu.....
(Raihan)
Sebagai Seorang
muslim kita telah berjanji bahwa shalat, ibadah, hidup dan mati kita hanya
untuk Allah Swt. Karena itu, suatu keniscayaan menempatkan kecintaan yang
hakiki hanya kepada Allah Swt.
Tidak jarang
kita menemukan banyak hambatan dan godaan dalam menelusuri dan mencari cinta
yang hakiki. Hal ini dikarenakan begitu banyak kepentingan yang da dalam diri
kita. Untuk itulah, Allah memberi pahalayang besar bagi siapa saja yang
memberikan cintanya hanya kepadanya. Sementara, kecintaan kepada yang lain
dijadikan sebagai sarana peningkat kecintaan kepada-Nya. Karena demikianlah
kita diperintahkan untuk saling mecintai atas dasar Ilahi.
Cinta Kepada
Rasulullah saw., kita mewujudkan dengan mengikuti sunah – sunahnya, membaca
shalawat baginya, dan meeruskan perjuangan dakwahnya. Cinta kepada para ulama
kita wujudkan dengansenang bergaul dengannya, menimba ilmu darinya dan
mendengarkan nasihat – nasihatnya.
Cinta kepada
orang tua kita wujudkan dengan berbakti kepadanya, membahagiakannya, dan selalu
mendoakannya.
Cinta kepada
kaum dhu’afa kita wujudkan dengan membantu meringankan beban hidupnya. Cinta
kepada sesama muslim khususnya dan manusia umumnya kita wujudkandengan sesalu
berbuat kebaikan dan menebar manfaat di manapun kita berpijak.
“Dan diantara manusia ada orang yang menyembah tuhan
selain allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai allah.
Adapun orang orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya
orang orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat siksa (pada
hari kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah, bahwa Allah sangat berat
siksa-nya (niscaya akan menyesal)” .(QS.
Al-Baqarah [2]: 165).
Analisis Unsur Ekstinsik
Nilai
Moral : Pacaran dalam islam dilarang,
karena itu perbuatan mendekati zina. Allah berfirman dalam Quran Surat Al-Isra “Dan janganlah kamu mendekati zina; (Zina)
itu sungguh perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra
[17]:32).Sudah banyak korban dari kebiadaban
cinta. Cinta sejati dan yang hakiki hanyalah pada Allah Swt.
Keunggulan Novel
Buku ini
menyadarkan kita betapa pentingnya arti Cinta dalam kehidupan. Dalam buku ini
juga mengajarkan kita untuk tidak salah memaknai cinta dan agar tidak
terjerumus oleh Ikatan Setan yang bernama pacaran.
Kelemahan Novel
Ukuran bukunya
terlalu kecil. Tidak sebanding dengan harganya.
Kesimpulan
Sebagai
peresensi berdasarkan dari keunggulan dan kelemahan buku Pacaran Bolehkah dalam
Islam? ini menilai bahwa buku ini baik
untuk dipublikasikan karena akan menyadarkan kita agar tidak menyalahkan makna
cinta sesungguhnya.